Oleh:Amin
Khalili Bin Abu Bakar
PENDAHULUAN
Segala
puji bagi Allah S.W.T tuhan sekalian alam serta selawat dan salam atas
junjungan kita Rasulullah S.A.W. Alhamdulillah dengan keberkatanNya, saya dapat
mengkaji dan menyiapkan tugasan yang diamanahkan ini dengan sempurna. Sungguh
sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang kimia sangat banyak dan beraneka. Tidak
satupun dalam berbagai realiti sains melainkan ia memiliki dasar di dalam
Al-quran yang agung begitu jua di dalam hadis nabi yang mulia. Sebagaimana
firman Allah S.W.T: “Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An’am:38).
Melalui
skop tugasan yang saya kaji iaitu mengenai kimia menurut islam yang merangkumi
asal usul, sejarah kimia dalam islam, sumbangan dan tokoh-tokoh. Kimia telah
diajar di dalam Islam dengan berlandaskan Al-quran dan hadis. Dimana setiap
ajaran yang dibawa oleh Islam bukan sahaja dapat memberi keamanan di dunia, serta
keadilan kepada setiap manusia di atas muka bumi ini.
Dengan
mengkaji tugasan ini, saya dapat memahami hikmah-hikmah mengapa Islam
mengharamkan atau menghalalkan sesuatu perkara serta Allah S.W.T melarang atau
mengwajibkan perkara tersebut, kerana setiap benda yang diwajibkan dapat
memberi kelebihan dan kesan positif kepada diri kita begitu juga sebaliknya.
Saya berharap sesiapa yang membaca tugasan yang saya kaji ini dapat menghayati,
memahami dan mengikuti setiap kebaikkan yang diperoleh.
ASAL
USUL DAN MAKSUD KIMIA
Kimia
Ditinjau dari Ilmu Pengetahuan Barat. Masyarakat primitif tak dapat mengatasi
kekuatan alam yang membawa bencana, seperti wabak penyakit, gempa, banjir dan
sebagainya. Akibatnya, sesuatu yang menurut perkiraan mereka merupakan
penyebabnya harus dipuja agar bencana itu tidak terulang.
Pada
abad pertengahan, sikap yang demikian itu beralih menjadi mistik. Para ahli
kimia beranggapan bahwa dengan kekuatan ghaib, tembaga misalnya dapat diubah
menjadi emas. Suatu penemuan yang pada zaman itu umumnya dapat diterima pada
generasi berikutnya sehingga pengetahuan yang mereka peroleh tidak memberikan
sumbangan pada perkembangan ilmu. Pada akhir abad ke-17, ilmu kimia berkembang
sebagai ilmu pengetahuan setelah Antoine Lauzent Lavoisier melalui metode yang
dikenal sebagai metode ilmiah, yakni metode dengan pengamatan-pengamatan
menghubungkan kenyataan, mengemukakan perkiraan, menguji perkiraan dengan
percobaan selanjutnya, dan akhirnya menarik kesimpulan. Dengan hal ini, Lavoisier
menyelidiki secara kuantitatif pembakaran zat-zat seperti besi, timah, dan
sebagainya. Ternyata pembakaran mempunyai massa lebih besar daripada zat semula,
sedangkan tekanan udara dalam tabung tempat pembakaran itu dilaksanakanmenjadi
berkurang. Ini berarti ada sesuatu dari udara yang bersenyawa dengan zat yang
dibakar. Lavoiser menarik kesimpulan bahwa pada pembakaran ada sesuatu zat
diambil dari udara.
Yoseph
Pristly, dalam eksperimennya, dengan memusatkan cahaya matahari pada serbuk
berwarna merah mendapatkan zat cair abu-abu mengkilat (air raksa) dan gas tak
berwarna.
Berdasarkan
penemuan ini, air raksa yang dibakar dengan udara dalam volume
tertentumenghasilkan serbuk merah, sedangkan volume udara berkurang sebanyak
apa yang didapat kembali bila serbuk merah itu dipanaskan. Zat yang bersenyawa
tersebut di sebut oksigen oleh Lavoiser
Kimia
ditinjau dari Segi Agama Islam. Dalam era industrialisasi, diperlukan kemampuan
manusia yang lebih unggul. Keunggulan manusia ini diperoleh dari hasil
penggunaan akalnya yaitu melalui pengetahuan IPA dan Tekhnologi., IPA dan
teknlogi juga memegang peranan penting dalam persaingan ini, peranan teknologi
menjadi faktor yang menentukan, sehingga wajarlah bila pengembangan tekhnologi
harus dilakukan secara sistematis, terarah dan bertahap.
Selain
berjasa mengembangkan fizik dan astronomi, al-Khazimi juga turut membesarkan
ilmu kimia dan biologi. Secara khusus, dia menulis tentang evolusi dalam kimia
dan biologi. Dia membandingkan transmutasi unsur dengan transmutasi spesies.
Secara
khusus, al-Khazini juga meneliti dan menjelaskan definisi ”berat”. Menurut dia,
berat merupakan gaya yang inheren dalam tubuh benda-benda padat yang
mnenyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus
terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada
gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan.
Al-Khazini
juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh suhu terhadap kerapatan, dan
rajah-rajah berat spesifiknya umumnya tersusun dengan cermat. Sebelum Roger
Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia
berada dekat pusat bumi, al-Khazini lebih dahulu telah mendalaminya. Ibrahim
Ibnu Yahya An-Naqqosh seorang tokoh muslim yang dikenal sebagai penemu
pembuatan kaca dari batu.
-6-
KIMIA
DI DALAM AL-QURAN
Ilmu
kimia juga mendapatkan perhatian dan dorongan daripada Al-Quran untuk dikembangkan.
Manusia dan seluruh lingkungan hidupnya terbentuk dari elemen-elemen dan
subtansi-subtansi yang tergabung menjadi sebuah ikatan kimia menurut hukum
Allah S.W.T. Manusia sendiri tercipta dari tanah liat kemungkinan melalui
sebuah proses kimia interaktif antara berbagai unsur dalam tanah yang berkerja
menurut hukum-hukum Allah melalui proses perubahan dan kombinsi tertentu.
Penciptaan langit dan bumi dalam enam “periode” dan penciptaan alam semesta
dari air juga terjadi menurut hukum kombinasi dan perubahan yang diciptakan
Allah S.W.T. Ayat-ayat Al-Quran yang menuturkan bagaimana Tuhan menciptakan
langit, bumi, manusia, dan sebagainya, memberikan petunjuk yang kuat kepada
para ilmuwan tentang membuat subtansi baru dengan menggabungkan berbagai unsur
dan tentang kemungkinan mempelajari reaksi kimia dari penggabungan unsur-unsur
itu dengan berbagai sifatnya. Ayat berikut mengemukakan kekuatan “pewarnaan”
yang dilakukan Tuhan dan memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk
melakukan proses kimiawi dengan mencampurkan berbagai unsur kimia dengan sifat
tertentu untuk membuat hal yang mirip dengan itu.
Sibghah
Allah dan siapakah yang lebih baik sibghah-Nya daripada Allah? Dan hanya
kepada-Nyalah kami menyembah (Al-Baqarah:138)kemudian proses penciptaan manusia
yang menjadi titik sentral studi para teolog, filsuf, dan ilmuwan berabad-abad
lamanya. Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukan ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang
ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih
ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (Al-An’am: 2) Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk (Al-Hijr: 26)
Dan
Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjdaikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan. Dan tidak ada seorang
perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan dengan sepengetahuan-Nya.
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak
pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (LufMahfuz).
Sesunggguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah (Al-Fathir:11). Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian
tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak (Al-Rum :20)
Ayat-ayat
tersebut mengundang perhatian kearah proses penciptaan manusia terutama
berhubungan dengan telaah tentang terjadinya reaksi kimiawi dari subtansi-subtansi
yang menjadi bahan baku penciptaannya dan pengaruhnya terhadap perilakunya
sebagai makhluk hidup. Penciptaan alam semesta dan semua benda yang ada di
dalamnya diuraikan dalam ayat berikut: Kemudian Dia menuju langit dan langit
itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:”Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab:”Kami datang dengan suka hati.” Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusan-Nya. Dan kami
hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
menjadikannya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang (Fushshilat : 11-12)
Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tiada
juga beriman ?(Al-Anbiya’ : 30) Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, dan adalah ‘arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah
di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk
Makkah):”Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati.” Niscaya orang-orang
kafir itu akan berkata:’ini tidak lain adalah sihir yang nyata.’”(Hud : 7)
Dan
segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan
kebesaran Allah (Al-Dzariyat : 49)
Maha
suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui (Yasin : 36)
Ayat-ayat
diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dalam Al-Quran mengajak manusia
memikirkan dan merenungkan proses penciptaan yang dilakukan Allah S.W.T dengan
berbagai konteksnya dan mendorong manusia mengadakan eksperimen tentang
interaksi antara berbagai subtansi yang berbeza, serta mengadakan kajian
tentang perubahan-perubahan kimiawi yang memunculkan subtansi baru dan
seterusnya.
Ramai
yang tidak mengetahui bagaimana reaksi kimiawi benda-benda yang tidak bernyawa
dapat menghasilkan makhluk hidup yang bernama manusia? Komponen-komponen apa
saja yang terdapat dalam tanah menjadi bahan dasar penciptaan manusia? dan, reaksi
dari unsur-unsur apa saja yang menghasilkan makhluk yang mulia itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang serupa dengan
itu menggerakkan minat para ilmuwan berabad-abad lamanya untuk mengadakan
eksperimen-eksperimen yang mencuba mengungkap rahsia bagaimana makhluk hidup
terbentuk dari berbagai unsur. Ayat-ayat berikut memberikan inspirasi lebih
jauh untuk melakukan penelitian lebih lanjut:
Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?
(Al-An’am : 95)
Katakanlah:”Siapakah
yang member rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab:”Allah.” Maka
katakanlah:”Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”(Yunus : 31)
Ayat-ayat
seperti itu tentu saja menunjuk pada kemungkinan ditemukannya subtansi yang
lebih unggul dan lebih bermanfaat lewat percampuran berbagai unsur, dan bahkan
kemungkinan menemukan sebuah bentuk kehidupan yang merupakan hasil interaksi
kimiawi dari beberapa komponen yang beranekaragam.
Kesimpulannya,
ayat-ayat tersebut jelas-jelas menggugah manusia agar melakukan penelitian
lebih jauh dan lebih mendalam mengenai persoalan ini.
Al-Qur’an
merujuk fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Ayat-ayat ini boleh jadi telah menarik perhatian manusia untuk
mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya.
Padahal
diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan
diantaranya ada yang meluncur jatuh (Al-Baqarah : 74)
Dan
tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizing Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamanya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur
(Al-A’raf : 58)
Aspek
kimia madu merupakan petunjuk abadi bagi para ilmuwan untuk mengungkap
keajaiban Tuhan yang mengubah struktur, sifat, dan kegunaan berbagai unsur
kimiawi dalam kombinasi yang berbeza-beza. Dalam hal ini, Allah berfirman:
Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibuat manusia.” Kemudian makanlah dari
tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (Al-Nahl : 68-69)
Bagi
ahli kimia, ini merupakan indikasi yang jelas bahwa campuran unsur-unsur
tertentu bisa menghasilkan unsur yang baru sama sekali tidak berhubungan dengan
unsur-unsur asalnya dalam hal sifat, zat, atau dampaknya.
Sebagaimana
telah dikemukan pada urain sebelumnya, Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu
pengetahuan atau kitab kimia dalam pengertian harfiahnya. Akan tetapi, Al-Qur’an
adalah kitab petunjuk bagi umat manusia. Dalam berbagai konteks, Al-Qur’an
memberikan petunjuk mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dan
sekaligus menjadi gudang ilmu pengetahuan serta menjadi pintu pembuka untuk
melakukan penelitian tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Dengan demikian,
dalam Al-Qur’an di sana-sini kita temukan ayat-ayat yang mendorong pembacanya
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
termasuk ilmu kimia.
Untuk
itu, tidak mengherankan jika para ilmuwan Muslim memperoleh inspirasi yang amat
besar dari Al-Qur’an untuk mengembangkan ilmu ini. Misalnya, dengan berbagai
konteks yang berbeda kita temukan dalam Al-Qur’an tentang emas dan perak
sebagai logam mulia (Q.S Ali ‘Imran [3]: 14 dan Al-Taubah [9]: 34), sebagai
barang perhiasan yang mewah (Q.S Al-Zukhruf [43]: 33-53), dan sebagai tanda
karunia Allah yang akan diberikan kepada para penghuni surga (Q.S Al-Hajj [22]:
23 dan Al-Kahfi [18]: 31).
Besi
disebut-sebut sebagai logam yang mengandung banyak manfaat Al-Hadid : 25), sebagai
contoh benda yang paling keras (Al-Isra’ : 51), sebagai zat yang berwarna merah
jika dipanaskan sehingga dapat digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan
(Al-Kahfi : 96), menjadi bahan pokok untuk membuat barang-barang lainnya
seperti baju besi (baju perang, Saba’: 10-11), dan menjadi alat penyiksaan di
neraka ( Al-Hajj : 21).
Demikian
pula dengan timah dan tembaga yang disebut Al-Qur’an sebagai bahan pelengkap
konstruksi sebuah bangunan (Al-Kahfi : 96) serta yang dalam surah (Ibrahim :
50) disebutkan sebagai pakaian penghuni neraka.
Al-Quran
juga menyebutkan adanya sebuah benda yang mungkin boleh disebut sebgai “atom”
dan benda lain yang lebih kecil dari atom (Al-Zalzalah : 7-8) dalam kaitannya
dengan nilai perbuatan manusia. Tidak ada satupun yang tersembunyi dari Tuhan, apakah
itu lebih besar atau lebih kecil daripada atom (Saba’ : 22). Dalam Al-Quran, ditemukan
pula keterangan tentang reaksi-reaksi exothermal dan endothermal dalam
hubunganya dengan pemanasan benda tertentu yang dikemukakan dalam konteks hukum
neraka (Al-Kahfi : 29; Al-Hajj : 21 dan Ibrahim : 50; dalam hubungannya dengan
konstruksi bangunan (Al-Kahfi : 96; deskripsi hari kebangkitan (Al-Ma’arij :
8-9); serta makanan penghuni neraka (AL-Dukhan : 45-46).
Ayat-ayat
diatas dan ayat-ayat lain yang serupa dengan itu menjadi inspirasi besar bagi
para ilmuwan Muslim untuk mengembangkan ilmu kimia.
SUMBANGAN
KIMIAWAN ISLAM
Terdapat
banyak kimiawan Islam memberikan sumbangan yang sangat berguna dan dapat
mengubah dunia serta dapat memajukan lagi agama Islam. Sumbangan kimiawan Islam
ini juga telah dijadikan bahan rujukan dan kajian oleh pihak barat.
Antara
kimiawan islam adalah Abu Musa Jabir Bin Hayyan dan Muhammad Abu Zakariyya
al-Razi. Al Razi juga sebagai pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahsianya rahsia)
tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi
(sekarang Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan
sabun, kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan
lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang
penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit
campak dan cacar. Dapat disimpulkan bahwa kedua nama besar tersebut adalah
insan berjaya dalam kajian kimia.
Sumbangan
besar yang lain dalam tamadun Islam mengenai bidang ini adalah dalam aspek
proses penyulingan (taqtir atau tas'id), peralatan teknologi kimia dari bikar
hingga ke penyuling (qar' dan al-ambiq); dan kaedah menghasilkan minyak pati
('itr), naft atau naftah (petroleum), al-kuhul (alkohol), asid galian seperti
asid nitrik, sulfurik (ruh al-saj) dan hidroklorik; dan al-qali (alkali)
melalui antara lain proses penyulingan ini. Para ahli teknologi kimia Islam
juga telah mencipta proses pembuatan sabun keras, memperbaiki proses pembuatan
kaca, dan licauan untuk tembikar serta mencipta ubat bedil atau barud (gunpowder).
Pengunaan teknologi kimia untuk menghasilkan ubat-ubatan untuk perubatan juga
disorot. Ahli al-kimiya Islam seperti Jabir dan al-Razi dalam penulisan mereka
telah mengetahui bahawa pembuatan bahan kimia berlaku melalui proses-proses
kimia seperti penyulingan, penyejatan, pengeringan, penurasan, penghabluran, pemejalwapan
dan sebagainya.
Al-Kindi
dalam bukunya Kitab Kimiya al-'ltr wa al-Tas'idat (Buku tentang Kimia Minyak
Pati dan Pemejalwapan (Penyulingan)) yang diterbitkan pada abad kesembilan Masehi
telah membincangkan mengenai beberapa jenis proses penyulingan. Ahli kimia
Islam juga telah mencipta penyuling jenis retort. Al-Hassan seorang ahli
sejarah teknologi Islam telah mencadangkan bahawa penyulingan merupakan
sumbangan ahli teknologi Islam yang amat penting kepada perkembangan teknologi
kimia moden.
Melalui
penyulinganlah, ahli kimia Islam telah berjaya mengasingkan al'atr atau minyak
pati daripada bunga dan tumbuhan seperti yang diperihalkan oleh al-Kindi dalam
bukunya itu. Al-'atr atau lebih dikenali sebagai minyak atar merupakan bahan
yang digemari oleh Rasulullah S.A.W. dan disunatkan memakainya ketika ingin
bersolat jumaat.
Ahli
teknologi kimia Islam telah buat pertama kalinya menggunakan penyuling untuk
memisahkan minyak mentah dari Baku kepada naft putih (pecahan ringan) dan naft
hitam (pecahan berat). Selain itu, perkataan alkohol itu jelas merupakan
perkataan Arab al-kuhul yang ditukarkan kepada bahasa Inggeris. Proses
menghasilkan al-kuhul dan sifat-sifatnya telah diperihalkan secara terperinci
oleh ahli kimia Islam al-Kindi dalam Kitab Kimiya al-'ltr wa alTas'idat. Sifat
kebolehbakarannya dicerap dan digunakan oleh Jabir bin Hayyan. Asid-asid galian
seperti asid nitrik, hidroklorik dan sulfurik yang merupakan bahan teknologi kimia
yang penting dalam perkembangan industri kimia hinggalah ke hari ini, telah
dihasilkan oleh ahli teknologi kimia Islam melalui penyulingan. Jabir bin
Hayyan dalam Sanduq alHikmah telah memperihalkan proses menghasilkan asid
nitrik dengan menyuling campuran nitre (kalium nitrat), vitriol Kubrus (kuprum
sulfat) dan alum Yemen (aluminium sulfat).
Jabir
bin Hayyan tahu bahawa sekiranya asid nitrik ini dicampur dengan sal ammoniak
(ammonium klorida), campuran asid nitrik-asid hidroklorik (aqua regia) yang
terhasil boleh melarutkan emas yang seterusnya boleh dipisahkan daripada perak.
Al-Razi telah memperihalkan proses menghasilkan asid sulfurik (ruh al-saj)
dengan menyuling vitriol hijau (ferus sulfat) atau dengan membakar belerang
(sulfur) pada abad kesembilan Masihi. Al-qali (alkali) amat diperlukan untuk
membuat kaca, licauan dan sabun.
Al-Razi
telah memperihalkan kaedah menghasilkan al-qali daripada abu kayu oak dan
daripada pohon solsola soda (al-Hassan dan Hill, 1986). Selain dalam
bidang-bidang yang disebutkan di atas, sumbangan ahli kimia Islam juga memberi
makna besar terhadap membaiki dan proses pembuatan kaca. Jabir bin Hayyan telah
memperbaiki proses pembuatan kaca dengan menambah garam magnesium kepada
campuran bahan mentah kaca supaya warna kemerahan dinyahkan sehingga kaca
menjadi jernih. Ahli teknologi kimia Islam di Baghdad telah memperkenalkan
licauan yang berasaskan garam timah untuk menghasilkan tembikar yang setanding
kualitinya dengan tembikar Dinasti Tang.
Perkembangan
ubat bedil (gunpowder) dan naft oleh orang Islam merupakan salah satu
pencapaian teknologi kimia Islam yang amat penting kerana pencapaian ini telah
memberikan kepada tentera Islam ketinggian teknologi perang yang menyebabkan
kemenangan di Ghazwah al-Mansurah melawan tentera Salib pada abad ketiga-belas
Masehi (1249) dan Ghazwah 'Ain Jalut menentang tentera Mongol pada abad yang
sama (1260). Al-Razi dan al-Zahrawi pula merupakan dua ahli teknologi kimia
yang juga ahli perubatan. Mereka mempelopori bidang petrokimia atau kimia untuk
perubatan.
TOKOH-TOKOH
KIMIA DALAM ISLAM
Bidang
kimia yang di pelopori orang Islam mencapai kemuncaknya dengan cepat dalam abad
ke-8 dengan kemunculan Jabir Ibn Hayyan. Beliau menghasilkan banyak penulisan
yang kemudiannya ditambah lagi oleh penuntut-penuntutnya yang menulis mengikut
doktorin Jabir. Himpunan hasil penulisan ini dikenali sebagai Korpus Jabir. Di
antaranya termasuklah Kitab al- Sab’in dan kitab al-Mizan yang merupakan asas
kepada Kimia Latin yang mula berkembang pada abad ke-15.
Jabir
ibnu Hayyan lahir tahun 721 dan di Barat dikenal dengan nama Geber. Sampai
akhir abad 17, ia bersama dengan Zakaria Razisangat menonjol sebagai ahli kimia
termasyhur yang dihasilkan abad pertengahan. Anak seorang penjual ubat di Kufah
(Iraq) ini juga merupakan seorang sufi. Dalam penemuannya, Jabir membuat
instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar
sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan,
pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Jabir pula
menyiapkan tekniknya, mirip semua 'technique' kimia modern. Ia membezakan
antara penyulingan langsung yang memakai bejana basah dan tidak langsung yang
memakai bejana kering. Dia pula yang pertama mengakui bahawa air hanya dapat
dimurnikan melalui proses penyulingan.
Dalam
setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan eksperimen.
Dalam bidang kimia, karya Jabir ibnu Hayyan mencapai lebih 500 buah, tapi hanya
beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Di antara bukunya yang terkenal
adalah Al Hikmah Al Falsafiyah, diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul
Summa Perfectionis.
Idea-idea
eksperimen Jabir sekarang lebih dikenal sebagai dasar untuk mengklasifikasikan
unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, non-metal dan penguraian zat
kimia.Jabir Ibnu Hayyan wafat. tahun 815; ahli kimia dengan berbagai
eksperimennya, penemu sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system
penyulingan air, identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda
api, asam nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (sebelum Mary Mercurie),
pembuat campuran komplek untuk cat.
Muhammad
Abu Zakariyya al-Razi lahir tahun 865 menghasilkan Kitab al-Asrardan kitab Sirr
al-Asrar serta al-Madkhal al-Thalim yang masih digunakan oleh para ahli kimia terkemudian
kerana al-Razi masih mengekalkan bahasa simbol kimia di dalam penulisannya.
Sumbangan terpenting al-Razi termasuklah pengkelasan benda-benda kepada logam, tumbuh-tumbuhan
dan haiwan. Beliau juga memberikan penerangan yang lebih teliti tentang proses
pemejalwapan, penyulingan, penghabluran, penurasan dan sebagainya. Al-Razi juga
menerangkan berbagai alat radas pegujian kimia seperti bikar, kelalang, lampu
nafta, relau pelebur, dan berbagai lagi. Perjumpaan dan penerangan proses
pengasingan dan penceraian ini adalah sangat penting kerana tanpa pengetahuan
kepada proses ini adalah amat sukar untuk menyediakan bahan bagi sesuatu
pengujian. Al-Marrakusyi dari Magrib menulis proses kimia dalam bentuk mimpi
dalam Risalat al-Ruhawiyat.
Al Razi
wafat tahun 925 sebagai pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia)
tentang penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi
(terkenal di Perancis), ekstrak tanaman untuk keperluan ubat, pembuatan sabun, kaca
warna-warni, keramik, tinta, bahan pencelup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat
warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita
dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar.
Dapat disimpulkan bahwa kedua nama besar tersebut adalah insan berjaya dalam
kajian kimia.
PENUTUP
Allah
S.W.T menciptakan bagi manusia seluruh jenis ilmu di muka bumi ini, namun Allah
S.W.T memberi rahmat baginya segala ilmu yang baik dan pelbagai rezeki yang
membawa manfaat.
Saya
akan merumuskan isi yang pertama iaitu asal usul dan maksud kimia dalam Islam.
Maksud yang digunakan dalam Islam lebih teliti kerana ia dikaji melalui
Al-Quran dan hadis. Kesimpulan kedua, mengenai kimia di dalam Al-Quran.
Terdapat banyak ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan unsur-unsur kimia, oleh itu
ia dapat memudahkan umat islam untuk mendapat ilmu secara mudah. Seterusnya, sumbangan
kimiawan Islam yang telah menaikkan taraf dan nama agama Islam ke persada
dunia. Akhir sekali, tokoh-tokoh kimiawan Islam yang dapat dijadikan pedoman
dan contoh akan usaha keras mereka dalam memajukan Islam dalam kehidupan kita.
Saya
berharap seluruh umat Islam harus bersyukur kerana dilahirkan di dalam agama
Islam yang menjaga dan memberikan yang sempurna kepada umatnya, diberi contoh
teladan seperti Rasulullah S.A.W serta diberi Al-Quran dan hadis sebagai
rujukan.
Pensyarah: Abd Aziz bin Harjin
Tel: 013-400-6206, 011-1070-4212,
04-988-2701
abdazizharjin@perlis.uitm.edu.my
URL: abdazizharjin.blogspot.com
No comments:
Post a Comment